PENILAIAN KERJA

Belasan tahun lalu saat saya mulai bekerja, saya benar-benar "idealis" memberikan konstribusi diatas 100% dalam bekerja. Datang paling pagi, pulang paling malam bahkan sampe jadi "doktor" (mondok di kantor hehehe). Saya lakukan itu semata-mata karena benar-benar mencintai pekerjaan, wajar saat itu baru lulus kuliah yang ingin mengaplikasikan hasil kuliah dan belajar komputer karena saat itu baru seumur-umur megang "maenan" baru yang bernama LAPTOP.


Pekerjaan seminggu saya selesaikan dalam satu atau dua hari saja, pekerjaan orang lain terutama senior saya kerjakan. Saya menjelma menjadi "staf idol" karena dengan mudah rekan kerja terutama senior menyerahkan kerjaan mereka kepada saya. Tapi salah satu kelemahan saya adalah kurang begitu "dekat" secara personal dengan para senior karena mereka sering mengajak hal-hal aneh yang bertentangan dengan jiwa idealis saat itu seperti mark up biaya perjalanan dinas, biaya hotel, transport dan lain-lain yang dianggap sebuah kewajaran di zaman ini.


Karena saat itu belum trend KPI (Key Perfomance Indicator) yaitu tools penilaian atas kinerja pegawai, maka saat penilaian kinerja, saya sakit hati karena penilaian kinerja saya oleh atasan di sama ratakan dengan staf lain padahal kinerja mereka  di bawah standar. Mereka sering menyerahkan pekerjaan ke saya, datang mepet waktu, pulang tepat waktu, tidak pernah lembur apalagi jadi "doktor", apalagi bila dihitung dari memo usulan atau konsep, saya pasti juaranya sampai-sampai saya disebut si "Memo" karena hampir tiap hari ada saja Memo usulan yang saya keluarkan kepada atasan saya.


Lalu saya menghadap atasan untuk menanyakan kenapa penilaian kinerja saya disamakan dengan yang lain padahal saya sudah berikan lebih dari 100% dari kewajiban dibanding pegawai lain yang selevel. Jawaban atasan saya "untuk menjaga kondusifitas kerja jadi disamakan saja, yang penting semua lulus dan diangkat jadi pegawai tetap".


Sakit hati saya saat itu, sampai-sampai jadi merubah kebiasaan baik jadi standar sama dengan pegawai lainnya, datang mepet waktu, pulang awal waktu, menghindari lembur apalagi "doktor". Usulan memo atau konsep tetap saya tulis tapi tidak saya keluarkan dan usulkan kepada atasan, saat itu saya berubah jadi "pegawai standar" sama dengan pegawai lainnya. Hasilnya? penilaiah kinerja sudah bisa ditebak yaitu sama saja.


Tiga tahun masa kerja alhamdulillah saya diberikan kesempatan mengikuti pendidikan tentang Ekonomi Syariah selama tiga bulan dengan pemateri hebat konseptor dan penggagas ekonomi syariah di Indonesia, yang "mencuci otak" dan merubah mindset saya tentang makna bekerja sebagai berikut:


Bekerja adalah sebuah aktivitas Ibadah yang bila diniatkan dengan dasar Iman kepada Allah, nilainya sama dengan Jihad Fiisabilillah.. Masya Allah


Setelah niat bekerja dengan dasar Iman, bekerjalah seoptimal mungkin bukan karena melaksanakan kontrak kerja dengan perusahaan tapi karena kita telah singn kontrak dengan Allah, berikan yang terbaik karena Allah menyukai yang terbaik.....


Atasan kita bukan senior atau pejabat yang bisa salah dalam menilai kinerja kita, tapi Allah adalah atasan hakiki kita, karena setiap helaan nafas, setiap detik waktu, setiap niat di hati, setiap gerakan tangan, kaki, mata, telinga kita Allah tahu dan mencatat dalam penilaian kinerja yang tidak mungkin salah.


Sekarang saya sudah tidak bekerja dan memutuskan menjadi wirausaha, Insya Allah konsep bekerja adalah ibadah dan kontrak dengan Allah saya terapkan dalam seluruh bisnis saya, berbisnis dengan jujur, berkarya terbaik, memciptakan produk terbaik, memberikan pelayanan terbaik, bekerjasama menjalin network terbaik semata-mata karena Allah yang akan menilai dan memberikan ganjaran terbaik untuk kita, karena profit terbesar dari bisnis adalah Ridho Allah yang tercurah dari berkah Rizki kepada kita.


Satu hikmah yang patut disyukuri dari bekerja optimal dan bekerja diatas standar adalah ILMU dan pengetahuan yang lebih, bersifat abadi dan pasti bermanfaat untuk kehidupan dan pekerjaan atau bisnis kita.  


Wallahualam bishowab.


Salam Semangat, barokallah sukses untuk sahabat semua


Budi Cahyadi
Previous
Next Post »