KARTU ASESKIN VS MOBIL BARU

Beberapa bulan lalu istri saya bercerita tentang musibah yang menimpa seseorang sebutlah namanya Teratai. Ibu kandung Teratai sebutlah namanya bu Dahlia terserang kangker Payudara stadium sudah mencapai tahap diperlukan operasi pengangkatan dengan biaya yang cukup tinggi.


Sahabat dan tetangga lain berempati dengan mengantar Ibu Dahlia ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan terbaik. Sahabat dan tetangga maklum dengan kesibukan suami Teratai atau menantu ibu Dahlia seorang Pejabat perusahaan besar terkenal yang ditempatkan di luar kota berjarak + 60 km dari Kota Bandung sehingga "tidak sempat" mengantar ibu Dahlia ke Rumah Sakit.


Situasi semakin "seru" karena biaya operasi pengangkatan  sebesar + 17 jutaan tidak tersedia membuat Teratai menangis dan curhat kepada sahabat-sahabatnya. Tentu saja sahabat dan tetangga kaget tidak percaya melihat profesi suami Teratai sebagai pejabat tinggi sebuah perusahaan besar yang pasti berpenghasilan besar pula.


Para sahabat sejati Teratai dengan semangat luar biasa tetap membiayai operasi tersebut tanpa berfikir apakah akan diganti oleh suami Teratai atau tidak, yang ada di benak mereka saat itu adalah kesembuhan bu Dahlia yang semakin lama semakin mengkhawatirkan. Tapi pada akhirnya biaya tersebut diganti oleh suami Teratai.


Singkat cerita, alhamdulillah operasi bu Dahlia sukses dan beliau dapat recovery dan merajut hidup normal kembali. Tapi Allah berkehendak lain, beberapa bulan setelah operasi, kondisi kesehatan bu Dahlia kembali memburuk dengan komplikasi penyakit yang semakin hebat seperti paru-paru, liver dan lain-lain yang membuat keluarga Teratai semakin "sibuk" mengurus bu Dahlia.


Tentu saja para sahabat teratai kembali berjibaku membantu dengan tulus untuk kesembuhan bu Dahlia sampai mendapat perawatan terbaik di Rumah Sakit. Saat kondisi sibuk mengurus bu Dahlia, para sahabat dikejutkan dengan berita bahwa bu Dahlia mengajukan Aseskin (Asuransi Kesehatan untuk masyarakat Miskin) untuk membiayai berobat karena sudah tidak "memiliki apa-apa lagi untuk biaya perawatan di rumah sakit".


Bagaimana tidak terkejut, selain suami Teratai atau menantu bu Dahlia adalah pejabat tinggi perusahaan besar juga dalam waktu bersamaan para sahabat mengetahui beliau baru saja mengganti mobilnya dengan model terbaru langsung dari Dealer. Subhanallah.


Para sahabat tidak iri dengan mobil barunya, tapi mereka mengurut dada, mungkin karena kesederhanaan dalam memandang realita hidup "terlalu" dengan hati sehingga hati mereka seolah tidak menerima dalam kondisi ibu terkena musibah sehebat itu sang anak sebagai kerabat terdekat masih bisa menjaga lifestlye dan perfomance sebagai pejabat dalam kemewahan, ironis sang Ibu tergolek lemah di rumah sakit di ruang "kelas barak" dengan biaya "gratis" dari Aseskin tadi. Naudzubillah.....


Cerita sebaliknya, hari kemarin saya mengunjungi customer produk interior saya, seorang ibu muda sebut saja namanya Mawar yang baru mempunyai bayi, terlihat bu Mawar sedang Flu berat. Beliau menceritakan dengan semangat bahwa beliau tidak tidur semalaman menemani sang bayi yang sakit. Dengan berlinang air mata beliau menceritakan penderitaan sang bayi, sampai beliau berdoa dan ridho bila sakit anaknya di pindah ke dirinya saking sayangnya seorang ibu terhadap anaknya.


Sahabat, dari dua cerita tersebut saya merenung sangat dalam dan langsung menelepon ibu saya untuk meminta maaf atas segala kesalahan dan dosa saya sebagai anak kepada ibu. Saya juga berdiskusi panjang dengan istri untuk berkomitmen bertanggung jawab atas hari tua orang tua kami tanpa membedakan status orang tua kandung atau mertua. Kami juga ingin membangun mindset bahwa segala nikmat dunia yang Allah amanahkan kepada kami adalah karena peran, doa dan ridho orang tua, insya Allah kami ikhlas untuk senantiasa membahagiakan orang tua kami dalam kondisi apapun.


Saya katakan kepada istri, "Kita juga akan tua, apakah kita mau anak-anak kita memperlakukan kita di hari tua seperti kejadian yang menimpa bu Dahlia?" tentu tidak bukan, karena sesungguhnya perlakuan baik atau buruk kita terhadap orang tua akan menjadi cerminan perlakuan anak-anak kita terhadap kita kelak.


Sahabat, sesungguhnya "SETETES AIR SUSU IBU YANG KITA ISAP TIDAK AKAN TERGANTIKAN DENGAN GUNUNG EMAS YANG BISA KITA BELI"


Sahabat, sesungguhnya "PENGORBANAN ORANG TUA YANG MENGURUS KITA TIDAK AKAN LUNAS DENGAN SELURUH HARTA DAN JIWA YANG KITA MILIKI"


Sahabat, sesungguhnya "RIDHO ALLAH, ADA PADA RIDHO ORANG TUA, TERUTAMA IBU"


Sahabat, sesungguhnya "TIDAK ADA ARTINYA TINGGI KARIER ATAU BESARNYA BISNIS KITA, BILA ORANG TUA KITA HANYA BISA BANGGA TANPA MERASAKAN"


Banyak sekali firman Allah dan hadist Rosulullah SAW yang menekankan wajibnya anak berbakti terhadap orang tua, salah satunya dalam surat Al Ahqaaf: 15
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." 


Sahabat, semoga kita menjadi golongan manusia yang berbakti kepada kedua orang tua tanpa melihat apakah orang tua kandung atau mertua, semoga kita dapat berkumpul dengan orang tua kita di surga kelak. Amin yaa Rabbal alaimin


Wallahualam bishowab


Barokallah sukses untuk sahabat semua.


Budi Cahyadi  
Previous
Next Post »