"Alhamdulillah setelah setahun bekerja, tabungan cukup untuk beli satu ekor kambing", gumanku beberapa hari menjelang Iedul Adha.
Sepulang kerja saat berjalan menuju pangkalan angkot melewati jalan ABC pusat perkulakan barang-barang elektronik di Bandung, tiba-tiba mata tertarik sebuah TV berbentuk bola, karena saat itu memang sedang seru-serunya piala dunia France 98. Termenung di depan etalase toko, dalam benak terjadi pergolakan dahsyat "Kurban kan bisa tahun depan, sedangkan piala dunia empat tahun sekali". Pergolakan tersebut terus berkecamuk mulai mengikis niat berkurban yang sudah direncakan setahun sebelumnya.
Tapi Allah memang maha Penyayang memberikan pelajaran yang membuat saya tidak ingin menunda sebuah amal sholeh terutama kurban, beberapa hari menjelang Iedul Kurban penyakit Demam Berdarah mampir dan mengharuskan saya "nginep" di rumah sakit seminggu lebih menghabiskan seluruh tabungan yang diniat awalkan untuk berkurban terselewengkan niatnya dengan godaan TV.
Bank tempat saya bekerja dulu memiliki direksi yang berikan bonus menjelang Iedul Adha sehingga para karyawan dimudahkan membeli hewan kurban tanpa harus keluar dana dari dompet sediri. Ujian sesungguhnya terjadi saat direksi baru tidak lagi mengeluarkan kebijakan bonus menjelang Iedul Adha. Suara-suara ketiadakpuasan terdengar "Wah mulai tahun ini kita tidak bisa kurban nih karena bonus kurban dihapus".
"Kurban dimana kang tahun ini?" tanya saya kepada driver kantor saat saya berdinas di sebuah cabang bank syariah di luar Bandung.
"Ahh pak, tidak mungkin pegawai seperti saya bisa berkurban, bayar anak sekolah saja saya sering pinjam sama bapak" jawab driver sambil nyengir.
"Berapa bungkus sehari habis rokok kang?' tanya saya melihat bungkus rokok merek paling mahal tersembul di saku bajunya.
"Paling satu atau satu setengah bungkus pak, tidak banyak-banyak, tidak seperti dulu bisa tiga bungkus sehari, sekarang lagi nyoba dikurangi, udah tua pak"
"Berapa harga sebungkus rokok tersebut sekarang kang?" tanya saya
"Sepuluh rebu pak" jawab driver kantor.
"Kang mau berkurban tahun depan?" tanya saya
"Mau dong pak, tapi uangnya dari mana pak?"
"Coba uang satu bungkus rokok tadi ditabung 5 ribu perhari, satu tahun Insya Allah dapat Rp. 1,8 juta sangat cukup untuk berkurban tahun depan" Tapi tetap saja driver tersebut merokok dan tidak berkurban tahun depannya.
Sahabat, menyembelih hewan kurban setiap tahun bukan sekedar laksanakan perintah Allah "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah" (QS Al Kautsar:2).
Bukan juga karena takut teguran keras Rosulullah SAW
"Barang siapa yang telah ada kelapangan (kemampuan untuk berkurban) namun ia tidak mau berkurban, maka jangan dekati tempat shalat kami"
Berkurbanlah karena Allah yang telah berikan nikmat tidak terhitung kepada kita "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak" (QS Al Kautsar:1)
Berkurbanlah untuk kesempurnaan amalan kita sesuai firman Allah
"Kamu sekali-kali tida sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS Ali Imran: 92)
Sahabat, jangan jadikan diri jadi Korban syetan yang berbisik sayang uang hasil bekerja keras hanya untuk kurban tunggu saja kalau ada bonus dari kantor atau kalau dapat profit besar.
Sahabat jangan menjadi Korban hawa nafsu terhadap kebendaan dan dunia yang nilainya jauh lebih besar dari seekor hewan kurban. Jutaan muslim rela "membakar" uang demi sebungkus rokok setiap hari yang bila dikumpulkan mampu berkurban.
Jangan pula menjadi Korban lifestyle atau gengsi, hingga kita rela antri dan kuras tabungan demi sebuah Gadget terbaru semisal IPAD atau BB Dakota yang nilainya bisa untuk berkurban satu keluarga, padahal gadget lama masih sangat layak. Kata bang Rhoma Ter...la...luh....
Selamat memilih, apakah akan berKURBAN atau terus menjadi KORBAN.
Salam semangat, barokallah sukses untuk sahabat semua.
Budi Cahyadi
Sepulang kerja saat berjalan menuju pangkalan angkot melewati jalan ABC pusat perkulakan barang-barang elektronik di Bandung, tiba-tiba mata tertarik sebuah TV berbentuk bola, karena saat itu memang sedang seru-serunya piala dunia France 98. Termenung di depan etalase toko, dalam benak terjadi pergolakan dahsyat "Kurban kan bisa tahun depan, sedangkan piala dunia empat tahun sekali". Pergolakan tersebut terus berkecamuk mulai mengikis niat berkurban yang sudah direncakan setahun sebelumnya.
Tapi Allah memang maha Penyayang memberikan pelajaran yang membuat saya tidak ingin menunda sebuah amal sholeh terutama kurban, beberapa hari menjelang Iedul Kurban penyakit Demam Berdarah mampir dan mengharuskan saya "nginep" di rumah sakit seminggu lebih menghabiskan seluruh tabungan yang diniat awalkan untuk berkurban terselewengkan niatnya dengan godaan TV.
Bank tempat saya bekerja dulu memiliki direksi yang berikan bonus menjelang Iedul Adha sehingga para karyawan dimudahkan membeli hewan kurban tanpa harus keluar dana dari dompet sediri. Ujian sesungguhnya terjadi saat direksi baru tidak lagi mengeluarkan kebijakan bonus menjelang Iedul Adha. Suara-suara ketiadakpuasan terdengar "Wah mulai tahun ini kita tidak bisa kurban nih karena bonus kurban dihapus".
"Kurban dimana kang tahun ini?" tanya saya kepada driver kantor saat saya berdinas di sebuah cabang bank syariah di luar Bandung.
"Ahh pak, tidak mungkin pegawai seperti saya bisa berkurban, bayar anak sekolah saja saya sering pinjam sama bapak" jawab driver sambil nyengir.
"Berapa bungkus sehari habis rokok kang?' tanya saya melihat bungkus rokok merek paling mahal tersembul di saku bajunya.
"Paling satu atau satu setengah bungkus pak, tidak banyak-banyak, tidak seperti dulu bisa tiga bungkus sehari, sekarang lagi nyoba dikurangi, udah tua pak"
"Berapa harga sebungkus rokok tersebut sekarang kang?" tanya saya
"Sepuluh rebu pak" jawab driver kantor.
"Kang mau berkurban tahun depan?" tanya saya
"Mau dong pak, tapi uangnya dari mana pak?"
"Coba uang satu bungkus rokok tadi ditabung 5 ribu perhari, satu tahun Insya Allah dapat Rp. 1,8 juta sangat cukup untuk berkurban tahun depan" Tapi tetap saja driver tersebut merokok dan tidak berkurban tahun depannya.
Sahabat, menyembelih hewan kurban setiap tahun bukan sekedar laksanakan perintah Allah "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah" (QS Al Kautsar:2).
Bukan juga karena takut teguran keras Rosulullah SAW
"Barang siapa yang telah ada kelapangan (kemampuan untuk berkurban) namun ia tidak mau berkurban, maka jangan dekati tempat shalat kami"
Berkurbanlah karena Allah yang telah berikan nikmat tidak terhitung kepada kita "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak" (QS Al Kautsar:1)
Berkurbanlah untuk kesempurnaan amalan kita sesuai firman Allah
"Kamu sekali-kali tida sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS Ali Imran: 92)
Sahabat, jangan jadikan diri jadi Korban syetan yang berbisik sayang uang hasil bekerja keras hanya untuk kurban tunggu saja kalau ada bonus dari kantor atau kalau dapat profit besar.
Sahabat jangan menjadi Korban hawa nafsu terhadap kebendaan dan dunia yang nilainya jauh lebih besar dari seekor hewan kurban. Jutaan muslim rela "membakar" uang demi sebungkus rokok setiap hari yang bila dikumpulkan mampu berkurban.
Jangan pula menjadi Korban lifestyle atau gengsi, hingga kita rela antri dan kuras tabungan demi sebuah Gadget terbaru semisal IPAD atau BB Dakota yang nilainya bisa untuk berkurban satu keluarga, padahal gadget lama masih sangat layak. Kata bang Rhoma Ter...la...luh....
Selamat memilih, apakah akan berKURBAN atau terus menjadi KORBAN.
Salam semangat, barokallah sukses untuk sahabat semua.
Budi Cahyadi
ConversionConversion EmoticonEmoticon