BISNIS JUJUR SUSAH KAYA???

Awal tahun 2000an saat saya jadi Account Officer Bank Syariah, calon nasabah dengan usaha grosir sembako yang saya survey di sebuah pasar di Lembang Kabupaten Bandung, Pak Rahmat sebutlah demikian namanya, terlihat sibuk melayani para konsumen yang terus berdatangan ke toko grosirnya. 
Dua orang karyawannya sibuk menimbang barang dagangan di atas timbangan digital besar dengan cekatan.
Setelah pembeli agak sepi barulah saya sapa dan berdiskusi dengan pak Rahmat.  Seperti prosedur standard, saya tanyakan berbagai hal mengenai usaha, keluarga dan banyak hal lainnya terkait data prospek nasabah. 
Satu hal menarik yang saya tanyakan adalah alasan penggunaan timbangan digital besar yang terlihat mencolok karena pedagang grosir lain di kiri kanan masih menggunakan timbangan manual.


"Di pasar ini ada hukum alam yang sudah menjadi 'kesepakatan' yang tidak saya ikuti, yaitu bahwa 1 kg adalah 0,8, artinya pedagang mengurangi timbangan kurang lebih 2 once yang tidak disadari konsumen, sedangkan bekal saya sebagai pedagang nanti di akhirat hanya kejujuran pak" ucap pak Rahmat sambil mengutip ayat Al Quran "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi." (Al Muthaffifin 1-3).


"Untuk itulah saya membeli timbangan digital walau dengan harga mahal saya anggap sebagai investasi akhirat pak, awal-awal saya menggunakannya saya di protes banyak pedagang yang khawatir kehilangan pelanggan, padahal tujuan saya menggunakan timbangan digital bukan untuk merebut pelanggan tapi sebagai  ikhtiar jujur sebagai pedagang" panjang lebar pak Rahmat menjelaskan yang mengingatkan saya akan sebuah hadist dari Rosulullah SAW "Akan datang bagi manusia suatu jaman dimana orang tidak peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram. (HR. Bukhari)" 
Subhanallah dari ikhtiar jujur tersebut Allah giring konsumen berjubel datang menjadi pelanggan baru yang terus bertambah sampai saat ini. Walau sekarang saya sudah tidak kerja di bank, pak Rahmat selalu menjadi orang tua sekaligus guru bisnis saya. Semoga Allah merahmati anda pak Rahmat.


Saat saya membangun workshop interior dan mebelair, tukang kayu yang saya rekrut yang sebelumnya bekerja di workshop lain "mengajarkan" ilmu cepat kaya yang tidak saya ikuti. "Pak kalau di workshop-workshop lain tempat kami bekerja sebelumnya kami diperintahkan untuk mengatur penggunaan bahan baku sedemikian rupa sehingga keuntungan bapak bisa optimal".
Dari kecil bapak saya selalu menasihati saya begini "Lebih baik lapar daripada mencuri". Teringat nasihat orang tua saya tersebut termasuk ilmu dari pak Rahmat tadi, setiap ada tukang kayu yang bergabung di workshop, saya lakukan breifing sebelum mereka mulai bekerja untuk saya jelaskan standard penggunaan bahan dan material sesuai komitment saya kepada Allah dan konsumen.
Dengan bahasa "preman" saya jelaskan kepada para tukang kayu yang berasal dari daerah luar Bandung dan umumnya berpendidikan rendah dengan kalimat
"Saya tidak mungkin menjawab saat ditanya oleh Allah di akhirat kelak dari mana sumber kekayaan, "DARI HASIL 'REKAYASA' BAHAN MEBELAIR YA ALLAH" saya pasti masuk NERAKA."


Yaa Allah limpahkan rahmat dan barokahmu kepada orang-orang beriman yang senantiasa ikhtiar jujur dalam bekerja atau berbisnis mencari nafkah yang halal bagi diri, keluarga dan masyarakat, amin ya Rabb.


Salam Semangat luar biasa, barokallah sukses untuk sahabat semua.


Budi Cahyadi
Previous
Next Post »